Mahasiswa D3 Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2019 bernama Muhammad Salsa Fadiellah, Akbar Perdana, dan Alfani memulai untuk terjun ke bisnis ekspor produk gula semut sejak kuliah. Para mahasiswa tersebut memperkenalkan produk gula semut dari Banyumas dan Purbalingga kepada pasar internasional yaitu Amerika, India, Vietnam, Thailand, dan Singapura. Selain negara tersebut, saat ini mereka sedang proses ke beberapa negara lain diantaranya Jerman, Eropa, dan Kanada.

Awal tercetusnya bisnis ekspor gula semut yakni saat Muhammad Salsa Fadiellah diamanahi sebagai ketua kepanitiaan Mitra Desa FEB 2021 melihat beberapa komoditas unggul di Desa Sunyalangu yaitu produk kapulaga. Muhammad Salsa Fadiellah mengungkapkan ide untuk ekspor tidak datang sendirinya, “Sebenarnya kepikiran ekspornya itu ketika saya bertemu dengan Akbar. Jadi Akbar ini ingin ekspor tapi dia belum punya partner yang pas gitu. Tapi saya punya ide untuk menyuplai barang di Sidomuncul tadi. Karena dipikir iya juga yah, daripada saya menyuplai ke negeri sendiri yang relatif harganya sama dan keuntungannya sedikit kenapa nggak nyoba di ekspor”, jelasnya. Dikarenakan Muhammad Salsa Fadiellah mempunyai beberapa tanggung jawab harus diselesaikan dan pada saat itu kapulaga juga memiliki harga yang naik turun sehingga menyurutkan niat mereka untuk ekspor kapulaga. Setelah melakukan survey kembali mereka menemukan potensi produk unggulan di desa Sunyalangu yaitu gula semut. Muhammad Salsa Fadiellah mengungkapkan, “Gula semut ini di luar negeri sebagai alternatif dari gula tebu. Karena gula tebu itu manis tapi jahat. Dibandingkan gula semut ini lebih menyehatkan”, melihat potensi yang ada akhirnya mereka terpikirkan untuk menyuplai gula semut ke luar negeri.

Ketiga mahasiswa tersebut memulai merintis bisnisnya dengan bermitra bersama produsen gula semut untuk membantu memasarkan ke beberapa negara. Produk yang saat ini mereka pasarkan terdiri dari 3 jenis gula semut yaitu, gula semut organik anorganik, dan natural. “gula semut organik itu artinya benar-benar dari kelapa dan mereka bersertifikat yang artinya mereka lebih mahal. Yang kedua ada non organik yakni gula kelapa campuran. Jadi semisal 10% gula kelapa, sisanya 40% nya campuran dari gula biasa. Nah yang ketiga ada natural. Artinya gula yang 100% gula kelapa tapi nggak bersertifikat”, papar Muhammad Salsa Fadiellah. Metode pemasaran yang mereka lakukan untuk memasarkan ke pangsa luar negeri yakni melalui website lewat crack map lalu thread will go for business yang terdapat data berbayar. Muhammad Salsa Fadiellah menjelaskan, “Iya lewat website, lalu kita menghubungi buyer melalui e-mail. Jadi website ini hanya sebagai etalase, toko secara online gitu. Jadi salah satu bentuk kepercayaan buyer kepada kita ini salah satunya website’. Produk gula semut dijual dalam hitungan per kilogram sesuai permintaan pembeli. “ Perbedaan harga jual gula semut berdasarkan sertifikasi legalitas di beberapa negara”, tambahnya.

Ketiga mahasiswa ini mempromosikan produk gula semut mereka melalui website dan instagram dengan nama ‘Tropical Nusantara’. Dari bisnis ini mereka mempunyai mimpi untuk memasarkan gula semut dalam bentuk sachet yang dijual secara internasional sebagai alternatif pengganti gula tebu yang banyak khasiatnya dan manfaatnya. Harapan lain juga diungkapkan oleh Muhammad Salsa Fadiellah, “Mungkin kedepannya saya pengin yah dari kampus untuk kampus. Karena saya dapet ilmu ini di kampus dan ingin mengamalkannya juga di kampus. Jadi saya juga ingin membuat ekosistem disini. Jadi yang mau belajar ekspor ayo sama saya. Saya ajarin dari nol sampai jadi eksportir. Rencana sih seperti itu. Jadi biar nggak sia-sia ilmu saya. “

Selama merintis bisnis gula semut, Muhammad Salsa Fadiellah bersama kedua rekannya mendapati beberapa kendala. Namun, hal tersebut tidak membuat mereka menyerah karena kekompakan dan kerja sama tim “Dalam berbisnis perlu berani untuk mengambil resiko dan harus konsisten”, ungkap Muhammad Salsa Fadiellah. Ia berpesan kepada mahasiswa yang ingin terjun ke dunia bisnis yaitu harus berani memulai sesuatu karena tidak semua bisnis harus tentang passion tetapi peluang “Selama ada peluang dan itu kalian yakin, silahkan jalani”. Tidak sedikit lulusan dari perguruan tinggi memilih membangun bisnis sendiri. Menjadi wirausaha muda menjadi trend saat ini yang banyak dipilih oleh generasi muda. Membangun sebuah bisnis tidak hanya berhasil mendatangkan keuntungan bisnis tetapi lebih dari itu membangun bisnis memberikan manfaat dan dampak positif.

(Reporter: Zulfa dan Yuli; Penulis: Fina; Redaksional: Zulfa)