Purwokerto, 26 Oktober 2025 — Dalam menghadapi maraknya fenomena Fear of Missing Out (FOMO) di kalangan mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (HMJA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman (FEB UNSOED) melalui Bidang Penalaran dan Keilmuan serta Bidang Pengabdian Masyarakat berkolaborasi menyelenggarakan kegiatan Let’s Discuss Together (LDT) x Obrolan Seputar Sosial (OBRASS) 2025 pada Minggu, 26 Oktober 2025, di Laboratorium Terpadu Lantai 6 FEB UNSOED.

Mengusung tema “FOMO di Tengah Kesibukan Mahasiswa: Mengejar Mimpi atau Sekadar Validasi?”, kegiatan ini bertujuan untuk membuka ruang refleksi bagi mahasiswa dalam memahami pengaruh FOMO terhadap kehidupan akademik dan sosial mereka. Melalui diskusi interaktif, peserta diajak meninjau kembali motivasi di balik kesibukan yang dijalani—apakah benar-benar demi pengembangan diri atau sekadar mencari pengakuan sosial.

Acara utama berupa talkshow bersama Nanda Irfan Fathan, CEO dan Founder Komunitas Voluntiiran. Dalam sesi tersebut, Mas Nanda menekankan pentingnya keseimbangan antara produktivitas dan kesehatan mental, serta mengajak mahasiswa untuk aktif berorganisasi dan berkontribusi secara bermakna tanpa kehilangan arah maupun jati diri. Selain itu, peserta juga berkesempatan untuk mengenal lebih dekat Komunitas Voluntiiran, sebuah wadah pengabdian sosial yang berfokus pada kegiatan kerelawanan dan pengembangan karakter. Anggota komunitas memaparkan berbagai pengalaman lapangan yang inspiratif serta membuka peluang bagi mahasiswa untuk turut berkontribusi dalam kegiatan sosial yang terarah dan berkelanjutan. Sesi tanya jawab berlangsung dinamis, mempertemukan beragam perspektif mahasiswa mengenai cara menyeimbangkan tanggung jawab akademik, organisasi, kepanitiaan, dan kehidupan pribadi. Kegiatan diakhiri dengan kuis interaktif, penyerahan kenang-kenangan kepada narasumber, serta sesi foto bersama sebagai penutup.

Melalui penyelenggaraan LDT x OBRASS 2025, HMJA FEB UNSOED berharap kegiatan ini dapat menjadi wadah refleksi dan pembelajaran bagi mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan dapat lebih bijak dalam menentukan prioritas, memahami kapasitas diri, serta menilai makna dari setiap aktivitas yang dijalani. Kesibukan bukan lagi sekadar simbol eksistensi, melainkan sarana pengembangan diri menuju mahasiswa yang berdaya dan berorientasi pada makna.