Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2019 Unsoed, Uniek Dyah Safira berhasil menembus rangking 20 besar dalam ajang Indonesian Fashion Design Competition (IFDC). Masuk 20 besar merupakan prestasi besar apalagi IFDC event desain pertama yang Uniek ikuti. “Pas aku liat pamfletnya (lomba) wah aku mau ikut ini nih dan aku merasa tertantang. Yaudah jadi aku usahain dan pada saat itu tools nya masih sederhana banget. Itu masih pake paint yang ada di laptop. Sederhana banget,” ungkap mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) itu.

IFDC 2022 yang mengangkat tentang wastra (sebutan kain-kain tradisional Indonesia) pasti membuat kebanyakan desainer fokus pada ciri khas Indonesia dengan mendesain model kebaya dan sejenisnya. Namun, Uniek menggabungkan wastra dengan tema gotik yang lebih berfokus warna hitam dan gelap. “Itu aku gabungin si gotik ini sama unsur etnik. Jadi, yang kubawa itu memang gotik-etnik, itu ada lurik terus sama ada gotiknya dari hitamnya aku pakenya warna hitam, merah sama putih,” jelasnya. Ia mengatakan hal tersebut sebagai bagian dari strategi konsepnya.

Hambatan di dalam persiapan nyatanya tidak luput dialami Uniek. Pembagian waktu menjadi kesulitan lebih bagi Uniek, karena dia sebelumnya juga menjalani KKN, magang dan kuliah. Mepetnya persiapan kompetisi ke Jakarta membuat barang bawaan Uniek berupa hanger tertinggal. “Nah mau ngga mau yaudah lah aku pinjem. Untung aja panitia tuh mau minjemin jadi kan ternyata pas kurasi semuanya pakai hanger gitu kan,” ucapnya. Terkait kendala Uniek mengaku tidak bisa mengikuti acara sampai akhir karena ada pekerjaan lain di Purwokerto.

Uniek mengaku menyukai dunia desain sejak kecil. Dari masa TK ia mengatakan sudah senang menggambar dan mewarnai. Respon positif ternyata ditunjukkan oleh orang-orang sekitar Uniek, sehingga membuatnya lebih semangat dan menekuni fesyen desain. “Sampai akhirnya ya keputusan itu, aku SMK ambil jurusan Tata Busana,” ceritanya. Meskipun di waktu SMK Uniek tidak terlalu serius belajar desain karena kesibukan organisasi, dia tetap memegang cita-citanya yang ingin menjadi designer hingga mulai fokus dan menggeluti fesyen desain di masa perkuliahan. “Lepas organisasi bulan Januari kesini aku baru fokusin (desain),” akunya.

Untuk pendanaan awalnya Uniek sudah menyiapkan dana sendiri untuk ke Jakarta setelah dinyatakan lolos 20 besar. Namun, setelah menghubungi dan berkoordinasi dengan pihak fakultas terutama Wakil Dekan 3, pembiayaan dilakukan oleh fakultas. “Dari aku berangkat, tinggal di sana dan sampai aku pulang itu merasa terbantu banget,” jujurnya. Uniek menyebut akan mengembangkan dan mengikuti event-event serupa di waktu mendatang. Dia ingin menjadikan setiap kompetisi yang diikuti sebagai ajang evaluasi diri. Lebih lanjut, Uniek ingin menjadikan hobi desainnya dijadikan bisnis serius. Untuk bentuk bisnisnya, ia berterus terang kalau masih dipikirkan meski sudah ada gambaran.

(Penulis : Puput , Titis; Reporter : Yuli, Wihelni)

Gambar 1. Uniek Dyah Safira bersama model
Gambar 2. Uniek Dyah Safira bersama model